Kenapa kita harus paham perbedaan konseling, mentoring dan coaching?
Coba deh kalau kita merasa tidak enak badan. Kita ke dokter umum, dokter gigi atau dokter spesialis?
Tentu jawabannya tergantung bagian tubuh mana yang tidak nyaman. Betul kan?
Nah, begitupun ketika kita merasa tidak enak secara psikologis. Yuk simak alasannya.
Masih banyak orang yang menganggap bahwa konseling, mentoring dan coaching adalah hal yang sama. Memang sih, dalam praktiknya, ketiga hal tersebut tidak dapat dibedakan. Terlihatnya ya sama-sama berdialog dan komunikasi. Namun, apa yang dibicarakan sangat berbeda antara komunikasi dalam konseling, mentoring dan coaching.
Setidaknya terdapat dua alasan utama yang membedakan konseling, mentoring dan coaching:
- Penyebab
Konseling adalah suatu teknik yang dilakukan untuk menyembuhkan seseorang atas apa yang dialami di masa lalu.
Mentoring adalah suatu teknik yang dilakukan untuk membimbing seseorang melakukan kegiatan saat ini.
Sementara coaching adalah suatu Teknik yang dilakukan untuk mengarahkan seseorang mempersiapkan masa depan. - Cara Penangangan
Dalam konseling, tugas konselor adalah membantu individu untuk menyembuhkan kondisi psikologisnya terlebih dahulu. Penanganannya dapat dilakukan dengan beberapa Teknik yang dikuasai oleh konselor ataupun psikolog.
Pada mentoring, mentor akan memberikan panduan dan berbagi pengalaman yang pernah dilaluinya untuk membantu individu mendapatkan ilmu dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
Sementara coaching, seorang coach akan fokus mengajak individu untuk berpikir tentang masa depan. Coach akan mendorong dan mengingatkan individu agar dapat mencapai targetnya.
Mari kita bayangkan suatu situasi.
Situasi pertama, seseorang memiliki mimpi untuk menjadi influencer. Setiap kali dia mau mulai memberikan tips dan trik tentang bidang yang ia kuasai, hati kecilnya berbisik “kamu bisa apa? Sok paling tahu, kamu itu bukan siapa-siapa, Ayah kamu selalu membandingkan kamu dengan kakak dan adikmu yang berprestasi!”
Situasi kedua, seseorang memiliki mimpi untuk menjadi influencer. Setiap kali dia mau mulai memberikan tips dan trik tentang bidang yang ia kuasai, ia bingung karena tidak tahu cara kreatif untuk menyampaikan pesannya.
Situasi ketiga, seseorang memiliki mimpi untuk menjadi influencer. Ia sudah memiliki “follower” yang banyak. Apa yang ingin dia capai lagi berikutnya?
Dari ketiga situasi itu, coba tebak mana yang perlu di sentuh dengan konseling, mentoring atau coaching?
Jawabannya adalah, individu pada situasi pertama perlu melakukan konseling. Situasi kedua butuh pendekatan mentoring. Individu pada situasi ketiga membutuhkan coaching.
Dalam sesinya, bisa jadi ada percakapan yang beririsan antara masa lalu, saat ini dan masa depan. Namun pada prinsipnya hal utama yang dibantu diselesaikan sangatlah berbeda.
Bagaimana, sudah jelas mengenai perbedaannya. Nah kalau kamu, butuh konseling, mentoring atau coaching?
Selamat bertumbuh!